Senin, 23 Maret 2009

KHOTBAH IFTITAH KH. HASYIM ASYARI

PEMBUKAAN MUKTAMAR XVII
NAHDLATUL ULAMA MADIUN 1947

Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Hanya keharibaan-Mu, Ya Allah, kami memuji. Wahai dzat yang merendahkan dan menghinakan orang-orang yang congkak dan sombong yang telah meruntuhkan tahta firaun dan para kaisar yang sombong dan congkak.
Tak seorang pun yang mampu mencegah apa yang engkau berikan dan tak ada seorang pun yang mampu meberikan apa yang tidak engkau kehendaki untuk diberikan. Maha Suci , engkau ya Allah dan Maha Unggul.
Alanhgkah luas rahmat-Mu dan betapa agunmg kedermawanan-Mu, walau kebanyakan manusia ingkar pada-Mu dan tidak percaya akan wujud-Mu serta benci pada-Mu, meski demikian, Engakau tetap melimpahkan kenikmatan-Mu pada mereka. Engkau beberkan rizki serta karuniamu dan engkau panjangkan hidup mereka sepanjang masa.
Tanbahan rahmat dan keagungan semoga tetap Engkau limpahkan pada Nabi-Mu yang Ummi Muhammad saw. Yang telah Engkau perintahkan untuk membeberkan sayap rahmat dan salam-nya kepada orang-orang mukmin yang mengikutinya. Yang telah engkau tawarkan padanya gunung uhud untuk dirubah menjadi emas namun ditolaknya dan beliau memilih hidup zuhud duniawi. Walau demikian engkau tetap menjadikan beliau unggul melebihi dunia dan isinya.
Sementara itu keagungan budi pekertinya telah meluluh lantakkan hidup oang-orang yang sombong dan pendendam.
Semoga keselamatan dan kedamaian senantiasan menyertai Nabi besar Muhammad saw. Ahli abit, beserta sahabat-sahabat beliau dihari kiamat,
wa ba’du,
saudara-saudara, peserta muktamar yang berbahagia adalah suatau kewajiban dan keharusan bagi kita untuk mengatur kehidupan kita serta mewujudkan dan merealisasikan tujuan yang mulia dengan meperlajari waktu demi waktu di mana kita telah melangkah dalam perjuangan dan perlawanan kita (dalam me;awan kebatilan).
Boleh kita merasa senang bila apa yang telah kita kerjakan sesuai dengan apa yang telah kiat canangkan. Namun kita harus prihatin serta menjadikannya sebagai peljaran dan peringatan bila kegagalan dan kerugian yang kita peroleh.
Hari ini kita sedang bermuktamar, marilah kita jadikan perbandingan dengan muktamar terdahulu. Selanjutnya kita koreksi diri kita sendiri termasuk dianatara golongan mankah dianatara pernyataan yang disabdakan nabi Muhamamd, yaitu : “barang siapa yang hari ini amal perbuatannya lebih baik dibanding hari kemaren maka ia tergolong orang yang untung, dan barang siapa yang amal perbuatannya hari ini sama dengan hari kemaren (tidak ada peningkatan) maka ia tergolong orang yang rugi. Dan barang saiapa yanga amal perbuatannya lebih jelek dibanding orng kemaren maka tergolong orang ynga rusak.”
Pertama:”marilah kita pelajri poin ini dari dimensi spirit agama, kita kan mengetahui –ternyata- kondisi keagamaan kemaren justru lebih baik dibanding hari ini. Pada tahun-tahun yang lalu perhatian begiyu besar terhadap urusan keagamaan, namun kemudian akhir-akhir ini intensitas dan kepedulian sertakita trrhadap masalah tersebut semakin melemah bahkan kini hampir tak terdengar lagi gaungnya.
Lembaga-lembaga pendidikan agama sepi, penghuninya yang tinggak paling-paling sekitar sepuluh persen dibanding tahun-tahun yang lalu
Sekolah-sekolah Islam (madrasah) banyak yang gulung tikar disebabkan oleh sedikitnya animo masyarakat dan sulitnya mencari orang-orang yang betul-betul punya tanggung jawab dan kepedulian yang besar untuk menghidupkannya kembali.
Masjid-masjid dan mushalla begitu menyedihlan kondisinya, karena walaau tersebar dimana-mana namun yang tinggi hanya bangunan yang sudah mulai ditinggal jamaah dan crang-crang yang mau merawatnya.
Kedua:”kita pelajari dari dimensi sosial kemasyarakatan. Disini kita juga mendapati kenyataan bahwa ruh agama sudah mulai melemah bahkan terkesan lumpuh dalam kehidupan masyarakat sehingga bekas-bekas ketaatannya sangatlah sedikit sekali.
Persoalan-persoalan yang bernuansa agama akan sulit saudara-saudara temukan dalam masyarakat, seperti apakah sesuatu itu hukumnya halal atau haram. Kemungkaran begitu merajaleladiberbagai tempat, baikyang tersembunyi ataupun yang terangan-terangan. Seperti minum arak yang merupakan sumber malapetaka sudah tersebar luas di berbagai tempat dan suasana dan bahkan sudah menjadi kebanggaan. Begitupun pergaulan laki-laki dan perempuan yang sudah terkesan melecehkan (hukum agama).
Dengan gamlang mata kita telah menyaksikannya dan dengan jelas telinga kita telah mendengar akan realita ini. Dan tak seorangpun yang nampak memperdulikannya, apakah ini halal (diperbolehkan oleh aturan agama) ?. semuanya diam seribu bahasa. Apakah haram ? yang mengakibatkan siksa dari Allah dan kehinaan di dunia.
Ada lagi hal yang sangat tercela dan ina melerbihi apa yang sudah kami tuturkan di atas, yaitu tersebarnya ajaran-ajaran dan tuntutan yang mengarah dan menggiring pada kekufuran dan pengingkaran (terhadap Allah) dikalangan generasi muda Islam, baik didesa maupun dikota-kota besar.
Telah tersebarnya ajaran historis materialisme sebagai suatu prinsip yang mencanangkan bahwa kebahagiaan di dunia ini hanya bisa diraih dengan materi dan idak percaya dengan hal-hal yang ghaib. (metafisis, ekstra empiris) serta tidak percaya akan adanya kehidupan setelah mati.
Bahaya laten ini tak mungkin terelakkan lagi bila sudah tertanam dalam hati dan sanubari anak-anak kita, dan yang demikian ini bisa merubah tatanan awal dasara keyakianan mereka terhadap agama Silam yang kita peluk.
Tida daya dan upaya kecuali dari Allah Yang Maha Luhur dan Maha Agung. Adapun ukhuwah Islamiyah pada saat ini hanyalah merupakan jargon-jargon yang kosong yang keluar dari mulutorator yang hanyamerebak di awang-awang tanpa bisa menyentuh dataran empiris tanpa ada bukti yang kongrit dalam realita.
Ukhuwah Islamiyah seakan-akan telah lenyap dari kehidupan masyarakat dimana seorang muslim yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri terhadap tetmannya sesama muslim yang telanjang (kelaparan bahkan yang hampir mati karena kelaparan, hatinya sama sekali tidak tergerak mengulurkan pertolongan dan membantu berbuat baik. Dia atau sang Muslim yang menyaksikan ketimpangan sosial tersebut bahkan dia membisu bagaikan membisunya batu dan besi. Tidak cukup hanya dengan membisu, tapi masih ditambah lagi dengan mengomel bahwa penghasilan atau in kamp sekarang lagi seret, kehidupan perekonomian sedang mengalami kemacetan dan kemunduran bahkan dia menuduh ini sebagai akibat dari menjalankan kewajiban agama dan kemasyarakatan. Sedangkan dia sendiri mengetahui bahwa Allah itu Maha Pemberi Rizki, menurunkan rizkinya dengan satu kadar yang sama. Tidak sulit bagi orang yang menjaga dengan baik norma-norma agama (Afif) untuk mendapatkan keutamaan (anugrah, fadhl)dari Allah. Hanya dikarenakan akhla mereka sajalah yang menyebabkan semuanya menjadi sempait dan sulit.
Ketiga; kita tinjau dari dimensi politik. Dalam konstelasi perpolitikan, kita dapati kenyataan bahwa ternyata peranan umat Islam sangat kecil sekali. Jika jiwa keagamaan, dalam dunia politik di Indonesia ini sangat lemah, bahkan akhir-akhair ini bisa dikatakan sudah mati.
Walau demikian, masih ada juga bahaya yang masih besar yaitu dicatutnya label Islam oleh sebagian manusia sebagai kendaraan yang ditunggangi untuk bisa sampai kepada apa yang diinginkannya, baik itu berupa kemaslahatan dari dimensi politik ataupun untuk kepentingan pribadi dengan mengatas namakan politik. Dan akan lebih berbahaya kagi bila masyarakjat menganggap mereka sebagai orang Islam (yang taat) atau bahkan memfigurkannya sebagai seorang tokoh, padahal mereka tidak pernah menundukkan kepala mereka (untuk mentaati) pada hal-hal yang pernah diperintahkan oleh Allah dan tidak berusaha menjauhi larangannya. Merekapun tidak pernah menempelkan keningnya (sujud) dilantai masjid, lalu apakah masih dianggap aneh, bila kondisi semacam ini kemudian menyebabkan lemahnya spirit keagamaan dinegara kita, bahkan hampir mati.
Saudara-saudara ulama yang mulia..
Setelah kami jelaskan keterangan tersebut di atas kami ingatkan kepada saudara-saudara sekalian bahwa hidup, matinya gama Islam di Indoneisa ini terletak pada saudara,tergantung pada amal perbuatansaudara serta ketangkasan dan kejelian saudara yang melebihi tindakan orang lain !.
Hari ini, pada saat-saat kesulitan ini, seluruh umat Islam Indonesia tengah mencurahkan pandangan dan perhatiannya kepada saudara-saudara sekalian. Mereka inigin melihat apa yang akan saudara kerjakan demi untuk perbaikan nasib mereka, baik dalam bidang keagamaan ataupun kemasyarakatan. Jika saudara-saudara melaksanakan kewajiban-kewajiban saudara untuk tercapainya tujuan itu sebagaimana Islam telah memerintahkan audara untuk berbuat demikian, maka saudara-saudara telah mengobati luka mereka, telah dapat menarik dan memperoleh simpati yang sekaligus akan tetap merupakan kepercayaan mereka terhadap saudara dalam :
satu:” sesungguhnya bila amanat Allah yang telah diletakkan pada pundak saudara sekalian sampai disia-siakan, maka umat akan kehilangan kepercayaan mereka terhadap saudara. Sebagaimana lenyapnya kepercayaan mereka dikarenakan sekarang mereka tidak menemukan orang yang yang menunjukkan kepada ada pelindung yang mampu melindungi mereka, juga penanggung yang mau menanggung mereka, ‘pun tidak pelindung yang melindungi mereka, sehingga jadilah keadaaan mereka seperti orang sekarat yang sedang meratap di mana kematian mengancam mereka dari tiap penjuru. Harapan mereka sudah sirna. Kecuali pada saudara sekalian sebagaimana mereka sangat mendambakan pertolongan dari saudara-saudara , apakah saudara akan melaksanakannya.?
Kami tidak mengatakan hal ini secara berlebihan atau hanya sebatas agitasi tak berisis. Tapi semuanya ini merupakan kenyataan yang tampak gamblang bagi mata setiap umat Islam yang mau berfikir.
Dua: demikianlah, kehidupan negara kita senantiasa diancam oleh bahaya-bahaya yang ditimbulkan leh musuh-musuh negara, baik dari luat maupun di dalam negeri dengan segala macam kekuatan, kebencian dan kedengkian. Dengan segala macam rekayasa, usaha dan tipu daya . hal ini dilakukan oleh tokoh-tokoh mereka, baik yang perwira maupun yang bintara. Orang-orang yang sudah dalam barisan (pemberontak) ataupun yang masih bercokol dalam lembaga-lembaga resmi pemerintah (satu tahun kemudian, 1943, betul-betul terjadi pemberontakan PKI di Madiun. Pen)
Firman Allah: “ Mereka (musyrikin, munafiqin) berekadaya (makar, nipu) untuk mnghacurkan Islam. Dan Allahpun membalas tipu daya mereka. Sesungguhnya hanya Allah-lah yang paling lihai diantara orang-orang yang berbuat makar”.
Kepada saudara-saudaralah wahai harapan umat Islam Indonesia, kami tumpukan harapan yang tiada duanya. Kepada sau-dara-saudaralah wahai pemegang panji-panjai amanat Allah, kami canangkan panggilan. Dan dari saudara-saudara pulal kami mohonkan pertolongan dan keselarasan umat. Seabab hampir semua telah mandeg dari berusaha, sebagaimana mandegnya tentara Thaluth ketika baru saja menyeberangi sungai sambil berkata: “tak ada kemampuan bagi kita untuk menghadapi Thaluth dan bala tentaranya.”
Bangkitlah wahai saudara-saudaraku Ulama!
Kuatkanlah barisan kaian, kerahkanlah segala potensi dan kekuatan yang ada pada diri kalian, tetaplah pada keteguhan dan percayalah bahwa:
“tidak sedikit golongan yang kecil dapat mngelahkan golongan yang besar dengan izin Allah dan Allah selalu menyertai orang-orang yang sabar”
Demikianlah, kami memohonkan ampun kehadirat Allah, baik untuk diri kami sendiri ataupun untuk saudara-saudara sekalian .
Wassalamualikaum wr. Wb.

Malam Ahad, 5 Rajab 1366 H
24 Mei 1947 M

Mabadi’ Khaira Ummah

1. As-Sidqu (berlaku jujur) yaiusifat kejujuran atu kebenaran, kesungguhan dan keterbukaan. Kejujuran adalah satunya kata dan perbuatan, ucapan dan pikiran. Apa yang diucapkan sama dengan yang dibatin. Jujur dalam hal ini berarti tidak plin-plan dan tidak dengan sengaja memutarbalikkan fakta atau memberikan informasi yang menyesakan. Dan tentu saja jujur pada dirinya sendiri. Termasuk dalam hal ini adlah jujur dalam bertransaksi, menjauhi segala bentuk-bentuk penipuan, demi mengejar keuntungan. Jujur dalam bertukar pikiran artinya adlah mencari maslahat dan kebenaran serta bersedia mengakui dan menerima pendapat yang lebih baik.

2. al-Aamanah wal wafa’ bil ahdi (dapat dipercaya, setia dan tepat janji). Butir ini memuat dua istilah yang saling menglait, yaitu al-amanah dan wafa’ bil ahdi. Yang pertama secara lebih umum meliputi semua beban yang harus dilaksanakan, baik perjanjian atau tidak. Sedangkan yang kedua berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian. Kedua istilah dalam satu kesatuan pengertian yang meliputi; dapat dipercaya, setia dan tepat janji,. Dapat dipercaya adlah sifat yang dilekatkan pada seseoirang yang dapat melaksanakan tugas yang dipikulnya, baik yang bersifat diniyyah maupun ijtimaiyyah (kemasyaraktan). Sifat-sifat ini menghindarkan seseorang dari bentuk kelalaian dan manipulasi tugas dan jabatan.

3. al-adalah (bersikap dan berlaku adil, melaksanakan kewajiban dan memberikan hak kepada seseorang secara propporsional) artinya adlah bersikap adil mengandung pengertian obyekif, proporsional dan azas. Sikap ini mengharuskan seseorang berpegang kepada kebenaran, obyektifdan menempatkansegala sesuatu pada tempatnya. Distorsi penilaian sangat mungikin akibat pengruh emosi, sentiman pribadi, atau kepentingan egoistic. Distorsi semacam ini dapat menjerumuskan seseorang kedalam kesalahan fatal dalam mengambil sikap tterhadap suatu persoalan. Akibatnya akan tterjadi kekeliaruan betindak, yang bukan saja tidak menyelesaikan masalah bahkan menambah keruwetan. Lebih-lebih jika perselisihannya terjadi diantara berbagai pihak. Dengan sikap obyektif dan proporsional distorsi dapat dihindari.

4. at-ta’awun (tolong menolong, setia kawan, gotong royong dalam kebaikan dan taqwa) merupakan sendi utama dalam tata kehidupan bermasyarakat. Manusia idak dapat hidup sendiri tanpa bantuan pihak lain. Pengertian ta’awun meliputi tolong menolong, setiakawan dalam kebaikan dan taqwa (wa ta’awanu ‘alal birri wa taqwa). Al-birru artinya kebaikan dan taqwa dengan mempertoleh ridlo Allah swt. memperoleh keduanya artinya memeperoleh kebahagiaan yang sempurna. Ta’awun juga mengandung pengertian timbale-balik unuk saling memberi dan menerima. Dengan sifa ta’awun mendorong seseorang untuk berusaha agar dapat memiliki sesuau yang dapat disumbangkan kepada orang lain dan kepentingan bersama.
al-istiqomah (konsisten, berkesinambungan, dan berkelanjutan). Mengandung pengerian ajeg-ajeg, berkesinambungan dan berkelanjutan. Ajeg-ajeg artinya teap idak bergeser dari jalur (thoriqah) yang sesuai dengan ketentuan Allah swt dan Rasul-Nya, untunan yang diberikan oleh salafussholeh dan aturan main serta rencana-rencana yang disepakati bersama. Berkesinambungan artinya keterklaitan antara satu kegiatan dengan kegiaan yang lain dan antara sau periode dengan periode yang lain sehingga kesemuanya merupakansatu-kesatuan yang tak terpisahkan dan saling menopang seperti sebuah bangunan. Sedangkan makna berkelanjutan; bahwa pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut merupakan proses yang berlangsung terus menerus tanpa mengalami kemandegan, dan merupakan satu proses maju (progressing) bukannya berjalan di tempat (stagnant).