Selasa, 22 April 2008

Pengertian "As-Sawadul A’zham" dalam Hadis Nabi

S : Apakah yang diartikan "As-Sawadul A’zham" dalam hadis yang memerintahkan supaya mengikuti "Sawadil A’zham"? Apakah organisasi yang terbanyak anggotanya? Walaupun tidak berhaluan Madzhab? Ataukah organisasi yang terbesar dalam tempat itu?
J : Yang diartikan "As-Sawadul A’zham" dalam hadis, mengingat akhirnya hadis itu, yang artinya, disertai kebenaran dan yang menjalankannya, yaitu golongan yang dalam kebenaran, di antaranya yang menjadi anggota organisasi yang berdasar kebenaran. Adapun yang benar dalam ushuluddin, yaitu yang mengikuti Madzhab Asy’ariyyah dan Maturidiyyah, dan dalam furu’iyyah yang mengikuti salah satu di antara empat madzhab.
Keterangan dari kitab:
Sullamul Ushul Syarh Nihayatussul ;
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِتَّبِعُوْا السَّوَادَ الْأَعْظَمِ، وَلَمَّا انْدَرَسَتِ الْمَذْهَبُ الْحَقَّةُ بِانْقِرَاضِ أَئِمَّتِنَا إِلاَّ الْمَذْهَبَ الْأَرْبَعَةَ الَّتِي انْتَشَرَتْ اَتْبَاعُهَا كَانَ اِتْبَاعُهَا اِتِّبَاعًا لِلسَّوَادِ الْأَعْظَمِ وَالْخُرُوْجُ عَنْهَا خُرُوْجًا عَنِ السَّوَادِ الْأَعْظَمِ.
Rasulullah Saw. bersabda: "Ikutlah kalian kepada Al-Sawad al-A’zham." Ketika madzhab-madzhab yang benar telah punah dengan kematian para imamnya kecuali empat madzhab (Maliki, Hanafi, Syafi’i, dan Hanbali) yang pengikutnya tersebar luas, maka mengikuti empat madzhab tersebut berarti mengikuti Al-Sawad al-A’zham, dan keluar dari empat madzhab tersebut berarti keluar dari Al-Sawad al-A’zham.
Al-Nashaih al-Diniyah :
وَلَمْ يَزَلْ أَهْلُ السُّنَّةِ بِحَمْدِ للهِ تَعَالَى مِنَ الزَّمَنِ الأَوَّلِ إِلَى الْيَوْمِ هُمُ السَّوَادُ الأَعْظَمُ.
"Ahlu al-Sunnah – al-hamdulillah Ta’ala – sejak masa awwal hingga masa sekarang, merekalah yang dimaksud dengan al-Sawad al-A’zham".
Al-Yawaqit wa al-Jawahir :
وَاعْلَمْ يَاأَخِي أَنَّ الْمُرَادَ بِأَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ فِي عُرْفِ النَّاسِ الْيَوْمَ الشَّيْخُ أَبُوْ الْحَسَنِ الْأَشْعَرِيّ وَمَنْ سَبَقَهُ بِالزَّمَانِ أَبُوْ مَنْصُوْرِ الْمَاتُوْرِيْدِيّ وَغَيْرِهِ.
Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa yang dimaksud dengan ahli al-Sunnah wa al-Jamaah dalam pemahaman orang-orang sekarang ini adalah, Syeikh Abu al-Hasan al-Asy’ari dan Imam sebelumnya seperti Syeikh Abu Manshur al-Maturidi.

Pengertian “Dharurat” Menurut Syara’

Pengertian Dharurat Menurut Muktamar NU. Pertanyaannya sebagai berikut;
S : Agar tidak menjadi dalil bagi orang-orang yang akan melepaskan nafsu dengan menjalankan keinginannya. Apakah yang dimaksud keadaan dharurat yang memperbolehkan menjalankan larangan?
J : Sesungguhnya, yang diartikan dharurat, yaitu urusan yang apabila tidak dikerjakan, maka akan binasa atau mendekati binasa.
Keterangan dari kitab al-Asybah wa al-Nazhair [1]:
الضَّرُوْرَاتُ تُبِيْحُ الْمَحْظُوْرَاتِ بِشَرْطِ عَدَمِ نُقْصَانِهَا عَنْهَا.
فَالضَّرُوْرَةُ بُلُوْغُهُ حَدًّا إِنْ لَمْ يَتَنَاوَلْهُ الْمَمْنُوْعُ هَلَكَ أَوْ قَارَبَ وَهَذَا يُبِيْحُ تَنَاوُلَ الْحَرامِ.
“Dharurat dapat membolehkan segala yang dilarang dengan ketentuan tidak melebihi batas keperluannya.
Maka dharurat itu terjadi jika sudah mencapai batas maksimal yang sekiranya tidak memakan sesuatu yang dilarang, ia akan mati atau mendekati mati. Batasan inilah yang membolehkan memakan makanan haram itu”.
[1] Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Asybah wa An-Nazhair, (Beirut: Dar Al Kutub Al Ilmiyyah, 1403 H.), h. 60, 61.