Oleh :
Prof. Dr. Achmad Mubarok,MA
Pendahuluan
Muballigh adalah lapisan dakwah terdepan yang menggunakan media mimbardengan audien (mad'u) yang tidak regular. Oleh karena itu materidakwah yang disampaikan pada umumnya tidak mendalam dan mudah disalahfahami. Muballigh yang laris di masyarakat belum tentu yang terdalamilmu keislamannya, tetapi lebih pada kemammpuannya berkomunikasisecara popler. Apalagi masyarakat yang hadir pada tabligh-tablighbelum tentu mereka yang bermotif mempelajari ilmu agama.Banyakdiantara mereka lebih menempatkan acara tabligh sebagai tempatmenghibur diri dari berbagai kerutinan dan kesumpekan hidup. Olehkarena itu muballigh yang selebritis banyak disukai masyarakat meskibobot ceramah agamanya tidak seberapa. Muballigh bukan tidak penting,tetapi perlu disadasri bahwa peran muballigh lebih pada membangungebyar-gebyar dakwah dibanding menanamkan kesadaran beragama. Olehkarena itu juga meriahnya gebyar-beyar tablig tidak sejalan dengan kualitas ummat.
Tingkatan Dakwah
Dakwah artinya usaha mempengaruhi orang lain (masyarakat) agar merekabersikap dan bertingkah laku seperti yang diinginkan oleh da'i . Tebaltipisnya usaha atau datar dan dalamnya tujuan dakwah nampak dari lapisan da'i. Lapisan da'i yang kita kenal di Indonesia sekarang dapat diklassifikasi sekurang-kurangnya menjadi lima lapisan.
1. Lapisan muballigh. Mereka adalah yang berdakwah kepada publik,tidak berjadwal, madunya ganti-ganti, tidak ada kurikulum dan tidak ada target. Oleh karena itu "kharisma"muballigh sangat bergantung pada diri sang muballigh sendiri. Ada muballigh fa`il dan ada muballligh maf`ul. Muballigh fa`il adalah muballigh yang memiliki program dan mempunyai perhatian khusus, misalnya masyarakat tertentu atau bidang tertentu. Sedangkan muballigh maf`ul adalah muballigh yang tidak memiliki program tetapi menunggu diprogram oleh masyarakat atau menunggu diundang. Jika muballigh fa`il bisa diukur keberhasilannya,muballigh maf`ul ukuran keberhasilannya hanya pada jumlah undangan.
2. Lapisan pendidik. Guru yang sadar sebagai da'i sesunguhnya adalahda`i yang berdakwah dengan audient (mad'u) tetap,dengan tujuan yangterukur. Oleh karena itu jika seorang guru berhasil dalammenjalankantugas dakwahnya, ia benar-benar bisa membentuk mad'u (murid) menjadisosok seperti yang diinginkannya.
3. Lapisan Profesional. Ciri orang profesional adalah bekerja sesuaidengan pendidikannya, memiliki akses pada pengambilan keputusan danmempunyai implikasi standar imbalan upah,misalnya dokter,insinyur,arsitek dsb.. Jika seorang profesional memiliki jiwa dakwah maka ia akan menjadi da'i dengan power dan jejaknya berujud persepsi positif terhadap Islam. Da'i dari lapisan ini dapat juga disebut sebagai dakwah kultural.
4. Lapisan Politik. PKS misalnya secara terbuka menyebut dirinyasebagai partai dakwah.Maknanya PKS akan berdakwah melalui jalur politik. Pekerjaan Partai politik itu biasanya "memanipulasi"kepentingan rakyat sebagai tangga pencapaian kekuasaan. Jika partai bisa berpolitik secara bersih maka itu merupakan dakwah yang sangat efektif. Jika kekuasaan sudah dicapai (jadi Gubernur, Menteri atauPresiden) dan kemudian kosisten dengan konsep-konsep dakwahnya maka itu merupakan dakwah yang powerfull, yang hasilnya bisa dirasakan oleh masyarakat luas, ekonomi dan sosial. Ada yang secara terbuka berdakwah melalui Partai Islam, tapi ada yang berdakwah melalui partai yang tidak menyebut identitas keagamaan.
Dakwah Sebagai Peristiwa Komunikasi
Sebagai peristiwa, dakwah adalah komunikasi,oleh karena itu unsur-unsur dakwah juga sama dengan unsur komunikasi, yaitu da'i, mad'u, materi atau pesan, metode dan media. Materi yang disampaikan oleh muballigh atau da'i bisa informasi, ajakan, ajaran,bisa juga omong kosong. Tingkat komunikasi muballigh dengan masyarakat sangat bergantung kepada tingkat komunikatifnya. Jika seorang muballigh hanya menyampaikan suara, maka dakwahnya hanya didengar oleh telinga, jika muballigh menyampakan dakwahnya berupa pemikiran maka akan direspond dengan fikiran, jika dakwahnya merupakan suara hati, maka akan dicerna oleh hati.
Ciri-Ciri Dakwah Yang Berhasil
Sebagai peristiwa komunikasi, dakwah dipandang berhasil jika memiliki ciri- ciri di bawah ini :
1. Jika pesan dakwahnya dimengerti oleh masyarakat
2. Jika dakwahnya menimbulkan kesenangan atau menghibur masyarakat
3. Jika hubungan antara muballigh dengan masyarakat mad'unya semakin membaik
4. Jika dakwahnya bisa mengubah sikap negatif menjadi positif terhadap nilai-nilai yang didakwahkan
5. Jika dakwahnya berhasil menumbuhkan tindakan pada mad'u
Islamopobhia
Dalam Psikologi Komunikasi dikenal adanya Sistem komunikasi intrapersonal dan sistem komunikasi interpersonal.
• Sistem komunikasi intrapersonal adalah bagaimana proses seseorang menerima stimulus, mempersepsi, memasukkan kedalam memori, berfikir dan merespond. Bagi orang yang belum memeluk Islam, agama Islam adalah persepsi. Kebanyakan Orang Barat mempersepsi Islam sebagai agama yang mengajarkan kekerasan, tidak menghormati HAM dan melecehkan wanita. Persepsi paling banyak dipengaruhi oleh perhatian. Yang sangat menarikperhatian adalah faktor kebaruan, gerakan, kontras, perulangan . Media masa Barat secara berulang-ulang menyiarkan berita subyektif (dan salah) dari dunia Islam tanpa dunia Islam mampu mengcounternya dengan media yang sama. Akibatnya persepsi negatif tentang Islam terbangun dibenak orang Barat, dan bahkan merasuk ke kalangan muslim yang dangkal ilmumnya.
• Sistem komunikasi interpersonal adalah proses bagaimana orangmembangun citra. Membangun citra baik membutuhkan waktu yang lama melalui perilaku baik yang diulang-ulang. Sedangkan citra buruk langsung terbangun begitu orang melakukan perbuatan buruk.Terlepas dari persepsi negatif orang Barat, harus kita akui terkadang diantara kita (da'i dan muballigh) mencitrakan diri sebagai golongan yang tidak bermartabat. Misalnya nahi mungkar anti maksiat dengan mendatangi tempat maksiat, sambil berteriak takbir dan membawa pentungan, menghancurkan kaca-kaca, plus berpakaian jubah putih. Ketika nahi mungkar ini ditayangkan di media Barat, maka yang terbangun adalah citra buruk Islam di mata orang Barat. Atau ketika seorang muballigh dalam tabligh akbar tentang Ahmadiyah beberapa waktu lalu mengatakan bahwa orang Ahmadiyah adalah halal darahnya. Ketika dalam tayangan kata-kata ini diterjemahkan, maka persepsi yang tertanam di benak orang Barat adalah Islam agama yang tidak toleran dan kejam. Begitu pun kasus Amrozi cs. Jadi kita tidak boleh terlalu emosionil ketika berjumpa dengan fenomena Islomopopbhia atau anti Islam.
Bagaimana menangkal dan Menjawab IslamoPobhia ?
Persepsi hanya akan berubah dengan komunikasi, bukan dengan respond jarak jauh. Menjawab IslamoPobhia yang paling efektif adalah dengan mengedepankan Islam sebagai rahmatan lil`alamin, sebagai kasih sayang bagi alam semesta. Karakteristik rahmat adalah (a) penuh perhatian (b) inginnya memberi (c) memaklumi kekurangan dan (d) memaafkan kesalahan. Masyarakat dakwah harus berdialog dengan Barat, karena mereka yang anti Islam memang tidak tahu dan sudah terbangun persepsi buruk tentang Islam. Ingat Rasulullah ketika dilempari batu oleh orang Taif, Rasul bukannya memaki-maki tapi berkata, Allohummaghfirlahum fainnahumla ya`lamun. Ya Alloh ampunilah mereka, karena mereka melempari batu kepadaku karena mereka tidak tahu bahwa saya benar-benar utusan Mu.
Pasca peristiwa 11 September di Amerika, jumlah muslimin di Amerikanaik 500%. Kenapa ? karena setelah agama Islam disiarkan sebagai agama teror, orang Amerika penasaran kepengin melihat seperti apa ajaran Islam. Mushaf al Qur'an dan buku-buku Islam selalu ludes terjual. Setelah mereka membaca langsung dan berkomunikasi langsung dengan orang-orang Islam, persepsi mereka berubah, malah kemudian simpati dan kemudian dapat hidayah Tuhan. Allohu Akbar.
Penutup
Jadi mahasiswa PKM harus menambah wawasan, banyak membaca banyak mendengar dan banyak bergaul. Insyaalloh ilmu tambah, penghayatan bertambah dan keluwesan bertambah.
Wallohu a`lamu bissawab.
Kuliah Umum disampaikan dalam Acara Wisuda Mahasiswa Pendidikan Kader Muballigh KODI DKI Jaya Angkatan XIV dan Pembukaan Kuliah Angkatan ke XV, Jakarta, 24 April 2008.
Sumber, http://mubarok- institute. blogspot. com
Senin, 12 Mei 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar