Kompos adalah pupuk organik yang bersumber dari sampah rumah tangga, sampah tanaman, sampah pasar dan lain-lain dan dibuat melalui proses pengomposan.
Kompos dapat menambah kemampuan tanah dalam menyimpan air dan menyerap pupuk tambahan lain. Kompos juga menciptakan lingkungan yang baik bagi kehidupan jasad renik tanah sehingga tanah menjadi subur. Hal ini akan membantu pertumbuhan tanaman.
Manfaat kompos bagi manusia:
1. Menambah penghasilan masyarakat dari hasil penjualan kompos.
2. Mengurangi timbulan sampah dan nilai estetika lingkungan.
3. Mempertahankan kualitas lingkungan di sekeliling.
4. Alternatif lapangan kerja bagi masyarkat.
1. Cara membuat kompos yang baik
Kelancaran proses pembuatan dan kualitas kompos tergantung dari sampah yang dipilah. Sebaiknya sampah hanya terdiri dari bahan organik, seperti daun-daunan lunak, sisa kulit buah, sayur-sayuran dan sisa makanan.
2. Peralatan yang dibutuhkan :
1. Keranjang pengangkut
2. Sekopuntuk pengayakan
3. Garpu/cangkrang untuk membalik / mengaduk.
4. Alat untuk mengukur panas atau suhu (termometer)
5. Terowongan udara dari bambu untuk untuk menjadi dasar tumpukan dan saluran udara. Tinggi segitiga kurang lebih 50 cm, lebar kurang lebih 30 cm, panjang kurang lebih 2 m.
6. Ayakan/saringan, untuk menyaring kompos yang sudah jadi.
3. Cara membuat kompos:
1. Pemilahan Sampah
Bahan yang akan dikomposkan sebaiknya berasal dari sampah yang masih segar, sehingga akan terhindar dari timbulnya lalat dan bau. Pemilahan ini penting untuk mendapatkan kompos yang baik, selain itu sampah seperti botol, kaleng, plastik, kardus dan kertas dapat dijual sebagai barang lapak.
2. Penumpukan Sampah
Susun tumpukan sampah yang sudah dipilah ke dalam terowongan udara dari bambu. Siram iar secara merata pada tumpukan tersebut. Jasad renik akan bekerja pada proses pelapukan. Proses penumpukan diusahakan tidak lebih dari tiga hari.
3. Pemantauan Suhu
Pemantauaan terhadap panas yang terjadi/suhu selama 2-4 hari pertama sangat penting. Suhu tumpukan kompos akan berangsur naik, hal ini berguna untuk mematikan biji tanaman yang tidak dikehendaki, membunuh bibit penyakit dan memperunak bahan. Suhu tidak boleh di atas 65°C karena dapat mematikan jasad renik yang dibutuhkan. Jika suhu tinggi, maka diperlukan pembalikan.
4. Pelapukan
Suhu yang diperlukan berkisar antara 45°-65°C dan kelembaban yang dibutuhkan sekitar 50%. Untuk mengatur suhu, kelembaban dan masukan oksigen perlu dilakukan pembalikan dan penyiraman air. Untuk mengatur suhu, ikat termometer dengan tali dan masukkan ke dalam 2/3 tinggi tumpukan kompos dengan bantuan batang kayu. Sedangkan kelembaban diukur dengan cara mengepalkan bahan kompos dengan tangan. Jika bahan yang dikepalkan tidak mengeluarkan air maka tumpukan harus disiram air. Sebaliknya jika air mengalir banyak, artinya tumpukan terlalu basah maka perlu pembalikan segera. Proses pelapukan biasanya berlangsung selama kurang lebih 35 hari hingga warnanya berubah menjadi coklat tua atau kehitaman.
5. Pematangan
Setelah kompos berbentuk seperti tanah, perlu langkah pematangan selama 14 hari dimana suhu tumpukan ompos tetap terpantau. Jika suhu di atas 45°C perlu pembalikan. Apabila suhu tetap di bawah 45°C, maka dapat disimpulkan bahwa kompos mulai matang. Proses pematangan ini diperlukan untuk meyakinkan bahwa kompos telah benar-benar aman digunakan sebagai pupuk tanaman.
6. Pemanenan
Kompos yang telah matang dipisah dulu antara butiran halus dan butiran kasar melalui alat pengayak. Selain untuk memisahkan butiran, proses ini untuk menyaring benda-benda yang tidak dibutuhkan seperti plastik dan lain-lain. Sebagai produk penjualan, kompos yang telah diayak sebaiknya dibungkus dengan kantong plastik berdasarkan kelompok ukuran butiran. Butiran halus digunakan untuk pot atau persemaiaan, sedangkan butiran kasar untuk perkebunan.
(Desain grafis):
Program Pemilihan, Pengomposan dan Pemanfaatan Sampah Skala Rumah Tangga
PILAH sampah menjadi 3 jenis:
1. Sampah Organik, seperti : sisa makanan, buah-buahan, sayuran, daun-daunan dan sebagainya.
2. Sampah Non Organik, seperti: kertas, plastic kemasan, kain, kaca, karet dan sebagainya.
3. Sampah B-3, seperti: batu baterai bekas, accu bekas, pembasmi serangga/nyamuk bekas, kaleng bertekanan dan sebagainya.
CACAH sampah organik sampai ukuran 0.5-2 cm sebelum difermentasikan (pengomposan), agar sampah organik tersebut lebih mudah terurai.
Masukkan sampah organik yang telah dicacah ke dalam tong composting organic. (Usahakan dalam sehari hanya sekali memasukkan sampah artinya sampah tercacah dikumpul dulu di luar tong… agar tong tidak telalu lama terbuka…)
Semprotkan EM-4 seukuran lembab setiap penambahan volume sampah organik tercacah (untuk mempercepat proses pengomposan dan mengurangi bau). Tutup rapat-rapat supaya serangga/lalat tidak masuk.
Lakukan pemindahan, sekaligus pembalikan ke tong komposting yang kedua bila tong komposting pertama sudah penuh.
Fermentasikan selama +/- 2 minggu atau lebih.
Setelah dua minggu atau lebih keluarkan sampah organik fermentasi yang sudah menjadi kompos dan jemurlah bila perlu.
Manfaatkan kompos tersebut untuk tanaman di sekitar halaman rumah.
Jumat, 12 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar